Jumat, 18 Mei 2012

Respirasi Insekta


PENGAMATAN RESPIRASI  INSEKTA DAN TUMBUHAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya pada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah/laporan yang berjudul “     PENGAMATAN RESPIRASI AEROB PADA HEWAN DAN TUMBUHAN” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran Biologi. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Wiwin S.Pd yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.
Ibarat “TAK ADA GADING YANG TAK RETAK” ,dengan segala kerendahan hati, kami penyusun menyadari akan segala kekurangan dan kelebihan isi maupun sistematikanya sehingga penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhirnya harapan penyusun ,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang mempelajari. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua di dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.



Bantul, 21 Februari 2012 

 Penyusun











                                                                                          
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang


Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
Respirasi terjadi pada semua tingtan organisme hidup , mulai dari individu hingga satuan terkecil sel, oleh sebab itu, tumbuhan juga memerlukan oksigen untuk proses respirasi tersebut. Didalam pengamatai ini, digunakan KOH untuk membuktikan bahwa tumbuhan mengambil oksigen dari udara seperti halnya manusia dan hewan.

B.   Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah hubungan antara berat kecambah dengan jumlah O2 yang dibutuhkan?
2.      Bagaimanakah hubungan antara berat insecta dengan jumlah O2 yang dibutuhkan?
3.      Apa fungsi KOH dalam pengamatan ini?

C.   Tujuan
1.      Mendeskripsikan hubungan antara berat kecambah dengan jumlah O2 yang dibutuhkan
2.      Mendeskripsikan hubungan antara berat insecta dengan jumlah O2 yang dibutuhkan
3.      Mendeskripsikan fungsi KOH dalam pengamatan ini


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Dasar Teori
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi(SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel.
Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen. Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakelmen punyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
 Gbr. Trakea pada serangga
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menujupembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang  disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut :
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut OZ dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi kejaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp.mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).
Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan reaksinya dapat dituliskan :
Kloropil 6CO
2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 + EnergiSinar matahari Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi merupakan kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis (Syamsuri, 2000).
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk, 2005).

BAB III
METODE PENGAMATAN

A.   Alat dan bahan
1.      Respirometer sederhana
2.      Timbangan
3.      2 ekor belalang ( serangga lain dan kecambah )
4.      Kristal NaOH / KOH
5.      Eosin / tinta
6.      Vaselin/ Plastisin
7.      Kapas
8.      Pipet / siring

B.   Cara kerja
1.      Membungkus Kristal NaOH / KOH dengan kapas, lalu memasukan dalam tabung respirometer.
2.      Memasukan belalang / hewan kecil lainnya yang telah ditimbang beratnya kedalam botol respirometer, kemudian tutup dngan pipa berskala.
3.      Mengoleskan vaselin /plastisin pada celah penutup tabung
4.      Menutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, keudian melepaskan dan memasukan stetes eosin dengan menggunakan pipet / siring
5.      Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap dua menit seama sepuluh menit
6.      Melakukan percobaan yang sama ( langkah .1 sampai dengan 5) menggunakan belalang / hewan kecil lainnya denan hewan yang berbeda dan melakukan dengan kecambah  

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil pengamatan
Jenis Objek
Berat Objek (g)
Skala kedudukan eosin tiap 2 menit
I
II
III
IV
V
1.Jangkrik
1
0,13
0,22
0,28
0,41
0,54
2.Jangkrik
0,7
0,3
0,43
0,68
0,82
masuk
3.Kecambah
6
0,12
0,26
0,37
0,5
0,68
4.Kecambah
5
0,05
0,19
0,33
0,49
0,64

B.     Analisis data dan pembahasan
Praktikum ini mengamati respirasi yang terjadi pada jangkrik dan kecambah, dengan menggunakan alat yang disebut respirometer dan berfungsi untuk mengukur jumlah O2 yang dibutuhkan dalam respirasi. Di dalam respirometer diletakkan Kristal KOH yang telah dibungkus dengan kapas. Kapas yang sudah dibasahi larutan KOH ini akan mengikat O2 yang ada di dalam tabung respirometer, sehingga di dalam tabung respirometer terjadi perebutan O2 antara larutan KOH dan jangkrik atau kecambah. Jangkrik atau kecambah tidak bisa mengikat O2 yang dibebaskan oleh larutan KOH karena yang dibutuhkan kecambah kacang hijau adalah O2 bebas, bukan O2 yang terikat sehingga lama kelamaan O2 yang ada di dalam tabung respirometer habis dan akhirnya O2 dari luar akan tertarik masuk ke dalam tabung respirometer melalui kapiler tabung. Masuknya O2 dari luar ini ditandai dengan naiknya larutan eosin yang dimasukkan dalam pipa respirometer. (http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/respirasi-pada-tumbuhan)


·         Pengamatan Jangkrik 1 dengan berat tubuh 1 gram
            Eosin pada menit kedua mencapai skala 0,13. Eosin pada menit keempat  mencapai skala 0,22. Eosin pada menit keenam mencapai skala 0,28. Eosin pada menit kedelapan mencapai skala 0,41. Eosin pada menit kesepuluh mencapai skala 0,53
·         Pengamatan Jangkrik 2 dengan berat tubuh 0,7 gram
Eosin pada menit kedua mencapai skala 0,3. Eosin pada menit keempat  mencapai skala 0,43. Eosin pada menit keenam mencapai skala 0,68. Eosin pada menit kedelapan mencapai skala 0,82. Eosin pada menit kesepuluh masuk.
·         Pengamatan kecambah 1 dengan berat 6 gram
Eosin pada menit kedua mencapai skala 0,12. Eosin pada menit keempat  mencapai skala 0,26. Eosin pada menit keenam mencapai skala 0,37. Eosin pada menit kedelapan mencapai skala 0,5. Eosin pada menit kesepuluh mencapai skala 0,68
·         Pengamatan kecambah 2 dengan berat 5 gram
Eosin pada menit kedua mencapai skala 0,05. Eosin pada menit keempat  mencapai skala 0,19. Eosin pada menit keenam mencapai skala 0,33. Eosin pada menit kedelapan mencapai skala 0,49. Eosin pada menit kesepuluh mencapai skala 0,64


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Dari uraian pembahasan, maka kesimpulan dari pengamatan ini adalah:
1.      Fungsi KOH adalah sebagai pengikat oksigen sehingga membuktikan bahwa kecambah kacang hijau berespirasi
2.      Semakin kecil berat jangkrik, maka kebutuhan oksigen semakin besar.
3.      Semakin besar berat jangkrik, maka kebutuhan oksigen semakin kecil
4.      Semakin besar berat kecambah kacang hijau, maka kebutuhan oksigen semakin besar.
5.      Semakin kecil berat kecambah kacang hijau, maka kebutuhan oksigen makin kecil

B.     Saran
1.      Dalam percobaan jangan terlalu banyak dalam menggunakan KOH karena dapat menyerap oksigen terlalu banyak
2.      Gunakanlah insecta yang sehat dan kecambah yang segar agar data yang diperoleh lebih valid



DAFTAR PUSTAKA